Balada Dua Puluh Tahun

Barangkali saya aneh, atau mungkin kadar melankolis saya sedang tinggi-tingginya. Tapi yang pasti bukan karena kesepian yang membuat saya kerap bertukar pikiran dengan diri sendiri. Sebab, tak ada yang lebih melegakan dari dapat bertanya sebanyak-banyaknya dan menjawab sebebas-bebasnya kan? Setidaknya, mungkin itu alasan yang paling tepat saya lebih suka berdialog dengan diri sendiri. Rumit? Ya tentu, hidup tak semudah Duo Serigala pamer tetek di televisi lalu menjadi penyanyi terkenal sementara banyak musisi yang kelojotan membuat musik yang apik namun tak pernah dipanggil acara musik pagi. Dan inilah 20 tanya-jawab dari-saya-untuk-saya di umur saya yang ke-20:

 

1. Selamat ulang tahun Nik! Boleh tahu bagaimana kamu memaknai ulang tahun?

Terima kasih, Nik! Bagi saya ulang tahun hanyalah sebuah repetisi atas bertambahnya tua seseorang, yang berarti semakin tua, semakin rumit. Bertambah usia sama saja dengan detik bom waktu terus mundur menuju awal yang paling awal; tiada. Lagipula bertambah tua tidak sama dengan bertambah dewasa. Apa yang spesial?

 

2. Saya suka jawaban kamu. Boleh kutahu apa yang kamu ingin di umur 20 ini?

Saat ini, yang saya hanya ingin vakansi ketempat terasing yang bisa saya datangi. Sendiri. Menemukan diri sendiri. Menjadi diri sendiri.

 

3. Omong-omong tentang vakansi, kemarin kamu baru saja bertandang ke Jogjakarta. Pendapatmu?

Yogyakarta dinamai Daerah Istimewa Yogyakarta bukan tanpa alasan. Sebab kota ini juga telah menjelma menjadi suatu memori yang istimewa bagi saya. Disana panas sekali, namun saya suka kehidupan disana. Tidak banyak bangunan tinggi dan orang dengan dagu tinggi di kota. Hal yang sederhana namun langka untuk ditemukan di Jakarta.

 

4. Mari kita ganti topik, apa boleh kamu beri tahu arti namamu?

Boleh, namun jujur saya tidak tahu sama sekali artinya dan tidak berminat mencari lebih jauh. Mungkin ibu saya terlalu mengidolai Nicolas Cage di film Leaving Las Vegas atau mungkin ayah saya rajin membaca buku nama anak-anak beserta artinya. Entahlah, bisa saja saya benar, sebab ayah dan ibu gemar membuat anak diawal sampai pertengahan 90an.

 

5. Oh ayahmu suka membaca? Kudengar kamu pun begitu. Apa benar? Kenapa?

Ya, saya suka membaca. Saya membaca agar bisa menjawab pertanyaan diri saya sendiri yang tak bisa saya temukan di kepala saya maupun orang terdekat saya. Saya membaca sebab otot tidak bisa membuat topik pembicaraan yang baru.

 

6. Mengenai mengganti topik pembicaraan, kamu suka membaca dan berbicara dengan orang lain. Kok ironis?

Jangan bodoh! Memangnya buku bisa diajak berkomunikasi? Lagipula disamping suka membaca, manusia tidak kalah menarik kok. Saya bahkan jatuh cinta pada beberapa dari mereka. Meski beberapa juga saya harap lebih baik masuk neraka. Itupun kalau Neraka memang ada.

 

7.  Loh kamu tidak percaya Neraka itu ada? Kamu lupa dosa dan agama?

Perkara dosa; bagimu dosamu; bagiku dosaku. Oke, kamu boleh mengingatkan saya, tapi tidak memaksakan kehendakmu. Memangnya kamu yang masuk Neraka kalau saya yang berbuat dosa? Perkara agama, saya masih percaya ada sesuatu yang lebih besar dari manusia dan semesta ini. Namun seperti penis, keyakinan sebaiknya tidak usah diumbar. Apalagi mengejek keyakinan orang lain. Memangnya mau penis kamu saya ejek?

 

8. Wah ternyata kamu memang arogan seperti para anonim bilang tentangmu di ask.fm ya?

Ibu saya selalu bilang “Jangan terlihat ramah terhadap orang lain, kamu tak pernah tahu apa tujuan dia”, dan saya meyakini itu. Toh, saya hanya arogan pada orang asing saja, kamu boleh memastikan itu pada teman-teman dekat saya. Dan hanya karena saya berada di dunia maya, bukan berarti saya harus mengganti prinsip saya, kan?

 

9. Lalu kenapa arogan dengan saya juga yang tidak lain juga dirimu?

Sebab saya terkadang merasa asing terhadap diri sendiri.

 

10. Oke, karena saya tidak mau diabaikan, mari ganti topik. Boleh tahu alasan kamu suka menulis puisi? Lelaki suka puisi nanti dicap lenje bagaimana?

Duh, kenapa orang gemar sekali mengotak-ngotakan sesuatu dalam gender? Puisi itu tidak berkelamin. Lagipula, penyair-penyair terkenal di Indonesia banyak yang berkelamin lelaki, ada Sapardi, joko Pinurbo, Rendra, Chairil Anwar. Jangan-jangan kamu tahunya cuman Zarry Hendrik?

 

11. Hmm, baiklah. Ngomong-ngomong sudah berapa lama sendiri? Kamu bisa mati perjaka kalau begini terus.

Hampir 5 tahun mungkin? Dalam kurun 5 tahun itu saya beberapa kali jatuh cinta. Namun ternyata saya lebih mencintai diri saya sendiri sampai saat ini. Lagipula apa salahnya masih sendiri diumur 20? Saya punya kehidupan yang menyenangkan dan laptop untuk berbagi cerita tentang indahnya hari-hari saya. Sepertinya saya tidak semenyedihkan itu. Haha.

 

12. Namun, pasti kamu merasa sepi kan? Manusia kan butuh ditemani juga!

Ya, saya harus akui bagian ini. Beberapa kali saya menemukan diri saya butuh teman untuk sekedar diajak gombal-gombalan, bertukar surat cinta, diucapkan selamat malam sebelum tidur. Tapi nyatanya saya masih bisa hidup dengan sehat dan senang sampai saat ini tanpa pasangan. Jadi mari kita simpulkan itu bukan masalah besar untuk saya.

 

13. Ya ya ya. Bagaimana kuliahmu?

Semuanya berjalan baik sesuai dengan ketidakinginan saya.

 

14. Sudah kubilang kamu salah jurusan! Dasar bodoh!

Sudah kubilang juga hidup tidak semudah Duo Serigala pamer tetek dan jadi artis di televisi! Saya sudah memilih dan harus bertanggung jawab menyelesaikannya. Masalah tidak suka atau suka itu konsekuensi. Memangnya uang, waktu, energi ayah saya untuk membayar kuliah keluar dari pantatmu?  Lagipula kalau saya tahu, mana mungkin saya tetap memilih masuk IT. Bodoh.

 

15. Lalu, rencanamu kedepan apa?

Menjalani hidup dengan baik hingga nanti pemakaman saya layak ditangisi orang banyak.

 

16. O, Boleh bagi pandanganmu tentang pernikahan?

Saya suka dengan konsep kesetiaan dalam pernikahan. Meski saya tahu ada yang lebih berat dari pernikahan; hari-hari setelahnya. Maka dari itu saya sangat memaklumi banyak orang yang tidak ingin menikah. Lebih baik mencegah daripada menyesal nantinya.

 

17. Tapi kamu pasti menikah kan? Apa kata tetangga jika kamu perjaka sampai mati?

Ya bisa saja. Jika saya menemukan seseorang yang bisa bertahan dengan ego saya dan sebaliknya. Bedebah kau! Perintah Tuhan saja ada yang tidak saya dengarkan, apalagi suara tetangga?

 

18. Hahahaha. Dasar brengsek! Bicara tentang tidur, mengapa seringkali kamu begadang?

Sebab pada dini hari banyak memori yang mengendap-endap lewat jendela kamar saya secara tiba-tiba hanya untuk sekedar menyapa saya. Memori-memori ini yang membuat saya sering instropeksi dan merasa beruntung dilahirkan di keluarga ini. Suatu hal yang saya tidak bisa saya temukan disaat pagi sampai malam.

 

19. Baiklah waktu kita hampir habis, bagaimana kamu memaknai kata “perjalanan”?

“Bagi saya perjalanan memang selalu tentang cinta-cintaan. Tentang rasa yang hilang tiba-tiba. Tentang luka yang akan kering segera. Tentang kesepakatan- yang mungkin pahit, mungkin sakit- antara dua dada yang memiliki rasa tak pernah persis.”

 

20. Cukup, kita sudah terlalu serius! Mari akhiri dialog ini dengan 5 kata nasihat untuk dirimu sendiri.

Lebih banyak memeluk diri sendiri.